Rabu, 26 Oktober 2011

Pantai Parangtritis, Antara Keindahan Pantai dan Mitos Ratu Kidul



Di pesisir selatan Yogyakarta, terdapat sekitar 13 obyek pantai yang memiliki pesona wisata, ternyata Pantai Parangtritis yang selalu menempati peringkat teratas dalam angka kunjungan wisata, dibanding pantai-pantai lainnya. Pantai yang Berlokasi sekitar 27 Km dari kota Yogyakarta ini, dapat dicapai melalui desa Kretek atau rute yang lebih panjang, tetapi pemandangannya lebih indah yaitu melalui Imogiri dan desa Siluk.


Pantai yang termasuk wilayah Bantul ini merupakan pantai yang landai, dengan bukit berbatu, pesisir dan berpasir putih serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai. Di kawasan ini wisatawan dapat berkeliling pantai menggunakan bendi dan kuda yang disewakan dan dikemudikan oleh penduduk setempat. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk bermeditasi. Pantai ini merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Kraton Yogyakarta.

Pada musim kemarau, angin bertiup kencang seperti tak mau kalah dengan deburan ombak yang rata-rata setinggi 2-3 meter. Sering terdengar kabar ada pengunjung pantai selatan hilang terseret gelombang. Anehnya, jenazah pengunjung yang nahas itu, menghilang bagaikan ditelan bumi. Tim SAR rata-rata baru bisa menemukan jenazahnya 2-3 hari kemudian setelah melakukan penyisiran. Biasanya, lokasi penemuan mayat tidak pada area di mana pengunjung tersebut tertelan ombak. Mayat ditemukan ratusan meter, bahkan kadang beberapa kilometer dari lokasi semula.

Di kalangan masyarakat setempat, kejadian misterius semacam itu, semakin menguatkan mitos bahwa penguasa laut yang lazim disebut Nyi Roro Kidul (Ratu Pantai Selatan), suka "melenyapkan" orang yang tidak mengindahkan kaidah alam. Dari sisi ilmiah, kejadian semacam itu makin menguatkan teori bahwa palung laut selatan Jawa memang sarat arus bawah yang terus bergerak. Benda apa saja yang terseret ombak dari bibir pantai, terseret ke bawah dan terdampar pada lokasi berbeda.

Kepercayaan masyarakat setempat tentang legenda Nyi Roro Kidul juga dengan sendirinya melahirkan pesona tersendiri. Hampir setiap malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon, para pengunjung maupun nelayan setempat melakukan upacara ritual di pantai tersebut. Acara ritual diwarnai pelarungan sesajen dan kembang warna-warni ke laut. Puncak acara ritual biasanya terjadi pada malam 1 Suro, dan dua-tiga hari setelah hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Intinya, nelayan meminta keselamatan dan kemurahan rezeki dari penguasa bumi dan langit.



NB: HATI - HATI !!!
"Hisapan ombak MISTIK Parangtritis DIBUKTIKAN secara ILMIAH"

Para praktisi ilmu kebumian menegaskan bahwa penyebab utama hilangnya sejumlah wisatawan di Pantai Parangtritis, Bantul, adalah akibat terseret RIP CURRENT. Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer per jam, arus balik itu tidak hanya kuat, tetapi juga mematikan.

Kepala Laboratorium Geospasial Parangtritis I Nyoman Sukmantalya mengatakan, sampai sekarang informasi mengenai rip current amat minim. Akibatnya, masyarakat masih sering mengaitkan peristiwa hilangnya korban di pantai selatan DI Yogyakarta dengan hal-hal yang berbau mistis. Padahal, ada penjelasan ilmiah di balik musibah tersebut.

Arus balik merupakan aliran air gelombang datang yang membentur pantai dan kembali lagi ke laut. Arus itu bisa menjadi amat kuat karena biasanya merupakan akumulasi dari pertemuan dua atau lebih gelombang datang.

"Bisa dibayangkan kekuatan seret arus balik beberapa kali lebih kuat dari terpaan ombak datang. Wisatawan yang tidak waspada dapat dengan mudah hanyut," demikian papar Nyoman, Selasa (3/2) di Yogyakarta.

Celakanya, arus balik terjadi begitu cepat, bahkan dalam hitungan detik. Arus itu juga bukan hanya berlangsung di satu tempat, melainkan berganti-ganti lokasi sesuai dengan arah datangnya gelombang yang juga menyesuaikan dengan arah embusan angin dari laut menuju darat.

Nyoman melanjutkan, korban mudah terseret arus balik karena berada terlalu jauh dari bibir pantai. Ketika korban diterjang arus balik, posisinya akan mudah labil karena kakinya tidak memijak pantai dengan kuat.

"Karena terseret tiba-tiba dan tidak bisa berpegangan pada apa pun, korban menjadi mudah panik, dan tenggelam karena kelelahan," lanjutnya.

Terpisah, Staf Ahli Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada, Djati Mardianto, melanjutkan, apabila korban tetap tenang saat terseret arus, besar kemungkinan baginya untuk kembali ke permukaan. "Karena arus berputar di dasar laut sehingga materi di bawah bisa naik lagi," ujar Djati.

Setelah mengapung, korban bisa berenang ke tepi laut, atau membiarkan diri terempas ke pantai oleh gelombang datang lain. Setidak-tidaknya, korban memiliki kesempatan untuk melambaikan tangan atau berteriak minta tolong.

Bagaimana dengan korban hilang? Djati mengatakan, hal itu dapat terjadi apabila korban terlalu kuat melawan arus saat berada di dalam air sehingga urung mengapung. Sebaliknya, korban akan semakin jauh terseret arus bawah laut dan bisa tersangkut karang atau masuk ke dalam patahan yang berjarak sekitar satu kilometer dari bibir pantai. Di dasar patahan yang kedalamannya mencapai ratusan meter itu, korban akan semakin sulit bergerak karena ia bercampur dengan aneka materi padat yang terkandung dalam arus.

Korban akan diperlakukan sama seperti material, yakni diendapkan. Korban baru bisa kembali terangkat ke permukaan jika ada arus lain yang mengangkat sedimen dari dasar laut. Namun, ia mengatakan, biasanya hal itu butuh waktu lama.

Meski sulit, diperkirakan kedatangannya, arus balik sebenarnya bisa dikenali. Menurut Nyoman, permukaan arus balik terlihat lebih tenang daripada gelombang datang yang berbuih. Selain itu, arus balik biasa terjadi di ujung-ujung cekungan pantai dan warnanya keruh karena membawa banyak materi padat dari pantai.

Masalahnya, banyak wisatawan justru senang bermain di pantai yang tenang karena dianggap lebih aman. "Padahal, lokasi tersebut amat berbahaya," kata Nyoman.

Sejauh ini, cara terbaik untuk mengurangi risiko bencana terseret arus di pantai adalah dengan tidak bersikap nekat berenang ke tengah laut. Pengunjung harus benar-benar mematuhi rambu larangan berenang yang dipasang tim search and rescue (SAR) di sepanjang pantai.

Selain itu, kondisi cuaca juga harus dipertimbangkan. Gelombang laut akan membesar di musim penghujan karena terpengaruh angin barat. Berenang di laut pada malam hari pun sebisa mungkin dihindari karena arus balik akan menguat akibat terpengaruh pasang.

Menurut kedua pakar geomorfologi pesisir itu, tidak ada pantai di DIY yang aman. Semua memiliki potensi arus balik yang kuat. Bahkan, di sejumlah pantai di Gunung Kidul, arus balik kian diperkuat oleh buangan air sungai bawah tanah.

Pemerintah daerah juga bisa mempelajari pola-pola arus balik dengan melakukan pengamatan rutin sepanjang tahun menggunakan citra satelit beresolusi tinggi, seperti citra Quickbird dan IKONOS. Kedua satelit itu bisa merekam dengan jelas benda yang berukuran kecil hingga ukuran satu meter.

"Sejauh ini, penelitian ke arah sana baru sebatas pada skripsi mahasiswa. Belum ada penelitian yang mendalam dan menghasilkan rekomendasi kebijakan," papar Djati.

Pemerintah daerah pun sebaiknya memberikan pemahaman yang benar mengenai penyebab bencana laut kepada warga di sekitar pantai. Informasi tersebut dapat diteruskan kepada wisatawan guna meningkatkan kewaspadaan mereka.

Bagi pengunjung, informasi berupa papan larangan berenang dan imbauan petugas dianggap jelas belum cukup. Kenapa tak dibagikan leaflet kecil begitu pengunjung mau masuk pantai. Leaflet itu berisi penjelasan singkat, harus bagaimana dan di mana jika ingin mencebur ke laut.

Nyoman mengatakan, ketinggian air sepaha orang dewasa sudah cukup bagi arus balik untuk menyeret orang ke tengah laut. Paling aman, usahakan air hanya sampai ketinggian mata kaki.

Kita mungkin dapat melihat suatu arus balik dari suatu tempat yang lebih tinggi di pantai, atau dapat juga bertanya dengan penjaga pantai yang bertugas atau dengan penduduk setempat yang tahu di lokasi mana terdapat rip current. Berdasarkan pengamatan, sifat-sifat Rip Current dapat diketahui dengan :

1. Melihat adanya perbedaan tinggi gelombang antara kiri-kanan dan antaranya. Tinggi gelombang pada bagian kiri dan kanan lebih besar dari antaranya.
2. Meletakkan benda yang dapat terapung. Bila benda tersebut terseret menuju off shore maka pada tempat tersebut terdapat Rip Current.
3. Melihat kekeruhan air yang terjadi, dimana air pada daerah surf zone tercampur dengan air dari darat. Bila terlihat air yang keruh menuju off shore, maka tempat tersebut terdapat Rip Current. Kejadian ini dapat dilihat dengan jelas dari tempat yang lebih tinggi

Tips/Cara/Usaha yang harus dilakukan bila terseret rip current, adalah sebagai berikut:

1. Jika terperangkap dalam arus seret ke tengah laut, jangan mencoba untuk berenang melawan arus (ke tepi pantai),
2. tenanglah untuk sementara mengikuti arus. Secepat arus seret berada di luar penghalang, atau kecepatan arus melambat dan kita merasa sedikit bebas dari pergerakan air yang cepat,
3. berenanglah ke area di sebelah kiri/kanan kita dan baru kemudian berenang kembali ke arah pantai (atau mengikuti gelombang menuju pantai). Tentu saja kita harus tetap menjaga untuk tetap berada di luar arus seret tersebut.

Semoga Bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by MpX - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews